--> Skip to main content

Renungan Harian Katolik Jumat, 15 April 2022

Hari Jumat Agung - Memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan.

Bacaan Pertama: Yesaya 52:13-53:12

Beginilah firman Tuhan, “Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil! Ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan! Seperti banyak orang tertegun melihat dia – rupanya begitu buruk, tidak seperti manusia lagi, dan tampaknya tidak seperti anak manusia lagi,-- demikianlah ia membuat tercengang banyak bangsa, dan raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia! Sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan yang tidak mereka dengar akan mereka pahami. Maka mereka berkata: Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan? Sebagai taruk Hamba Yahwe tumbuh di hadapan Tuhan, dan sebagai tunas ia muncul dari tanah kering. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan, dan biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia, dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Ia tidak tampan, dan semarak pun tidak ada padanya, sehingga kita tidak tertarik untuk memandang dia; dan rupanya pun tidak menarik, sehingga kita tidak terangsang untuk menginginkannya. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Sesungguhnya dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita, ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing mengambil jalan sendiri! Tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas, dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dank arena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan waktu mati ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan, dan tipu tidak ada di dalam mulutnya. Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan, dan apabila ia menyerahkan dirinya sebagai kurban silih, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana karena dia. Sesudah kesusahan jiwanya, ia akan melihat terang dan menjadi puas. Sebab Tuhan berfirman, Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan. Ini semua sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dank arena ia terhitung di antara para pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang, dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Mazmur: 31: 2.6.12-13.15-16.17.25

Ref. Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, Kupercayakan jiwaku.

  1. Pada-Mu ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, Ya Tuhan Allah yang setia.
  2. Di hadapan semua lawanku aku bercela, tetangga-tetanggaku merasa jijik. Para kenalanku merasa nyeri; mereka yang melihat aku cepat-cepat menyingkir, Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati. Telah menjadi seperti barang yang pecah.
  3. Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya, Aku berkata, "Engkaulah Allahku!". Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari musuh-musuhku dan bebaskan dari orang-orang yang mengejarku!
  4. Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap hatimu.

Bacaan Kedua: Ibrani 4:14-16; 5:7-9

Saudara-saudara, kita sekarang mempunyai Imam Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah. Maka baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Agung yang kita punya, bukanlah imam agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan kita! Sebaliknya Ia sama dengan kita! Ia telah dicobai, hanya saja tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya. Dalam hidupnya sebagai manusia, Yesus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut; dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan. Akan tetapi sekalipun Anak, Ia telah belajar menjadi taat; ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya! Dan sesudah mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

Bacaan Injil: Yohanes 18:1-19:42

Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Yohanes

Seusai perjamuan Paskah, keluarlah Yesus dari ruang perjamuan bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman. Yesus masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Yudas yang mengkhianati Yesus tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Maka datanglah juga Yudas ke situ bersama sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Mereka datang lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. Yesus tahu semua yang akan menimpa diri-Nya. Maka Ia maju ke depan dan berkata kepada mereka, “Siapakah yang kamu cari?” Jawab mereka, “Yesus dari Nazaret!” Kata Yesus kepada mereka, “Akulah Dia.” Yudas yang mengkhianati Yesus berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ketika Yesus berkata kepada mereka ‘Akulah Dia’, mundurlah mereka, dan jatuh ke tanah. Maka Yesus bertanya pula, “Siapakah yang kamu cari?” Jawab mereka, “Yesus dari Nazaret!” Jawab Yesus, “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.” Demikian terjadi supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorang pun yang Kubiarkan hilang.

Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, dan menetakkannya kepada hamba Imam Agung dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus, “Sarungkanlah pedangmu itu! Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?”

Maka para prajurit serta perwiranya, dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa Yesus mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Agung; dan Kayafaslah yang telah menasihatkan kepada orang-orang Yahudi: Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.

Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Agung, dan ia masuk ke halaman istana Imam Agung itu. Tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Agung, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu, lalu membawa Petrus masuk. Maka kata perempuan penjaga pintu kepada Petrus, “Bukankah engkau juga murid orang itu?” Jawab Petrus, “Bukan!”
Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Petrus pun berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka. Maka mulailah Imam Agung menanyai Yesus tentang para murid dan tentang ajaran-Nya. Jawab Yesus kepadanya, “Aku berbicara terus terang kepada dunia! Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah tempat semua orang Yahudi berkumpul, Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku?
Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan.” Ketika Yesus berkata demikian, seorang penjaga yang berdiri di situ menampar muka Yesus sambil berkata, “Begitukah jawab-Mu kepada Imam Agung?” Jawab Yesus kepadanya, “Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau benar, mengapakah engkau menampar Aku?”

Lalu Hanas mengirim Yesus terbelenggu kepada Kayafas, Imam Agung. Simon Petrus masih berdiri berdiang.
Kata orang-orang di situ kepadanya, “Bukankah engkau juga seorang murid Yesus?” Petrus menyangkalnya, katanya, “Bukan!” Salah seorang hamba Imam Agung, keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus,
berkata kepadanya, “Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Yesus?” Maka Petrus menyangkal lagi dan ketika itu berkokoklah ayam.

Keesokan harinya mereka membawa Yesus dari istana Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi.
Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata, “Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?” Jawab mereka kepadanya, “Jikalau Ia bukan penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!”
Kata Pilatus kepada mereka, “Ambillah Dia, dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu!” Kata orang-orang Yahudi itu, “Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.” Demikian terjadi supaya genaplah firman Yesus yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Ia akan mati.

Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya, “Engkau inikah raja orang Yahudi?” Jawab Yesus, “Dari hatimu sendirikah engkau katakan hal itu? atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” Kata Pilatus, “Orang Yahudikah aku? Bangsamu sendiri dan imam-imam kepala telah menyerahkan Engkau kepadaku, apakah yang telah Engkau perbuat?” Jawab Yesus, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini! Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku sudah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi. Akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini!” Maka kata Pilatus kepada-Nya,
“Jadi Engkau adalah raja.” Jawab Yesus, “Seperti yang kaukatakan, Aku adalah raja! Untuk itulah Aku lahir, dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, yakni untuk memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” Kata Pilatus kepada-Nya, “Apakah kebenaran itu?”

Sesudah mengatakan demikian, Pilatus keluar lagi mendapatkan orang-orang Yahudi, dan berkata kepada mereka,
“Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Tetapi padamu ada kebiasaan, bahwa pada hari raya Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi ini bagimu?”
Mereka pun berteriak, “Jangan Dia, melainkan Barabas!” Barabas adalah seorang penyamun.

Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri, dan menaruhnya di atas kepala Yesus. Mereka mengenakan jubah ungu pada-Nya, dan sambil maju ke depan mereka berkata, “Salam, hai raja orang Yahudi!” Lalu mereka menampar wajah Yesus.

Pilatus keluar lagi dan berkata kepada Orang-orang Yahudi, “Lihatlah aku membawa Dia ke luar kepada kamu,
supaya kamu tahu bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.” Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka, “Lihatlah Manusia ini!” Ketika para imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Yesus, berteriaklah mereka, “Salibkan Dia, salibkan Dia!” Kata Pilatus kepada mereka,
“Ambil saja sendiri dan salibkanlah Dia! Sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.” Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya, “Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.”

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia. lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan, dan berkata kepada Yesus, “Dari manakah asal-Mu?” Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. Maka kata Pilatus, “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?” Yesus menjawab, “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan dari atas. Sebab itu, dia yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.” Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus,
tetapi orang-orang Yahudi berteriak, “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar.
Setiap orang yang menganggap diri raja, melawan Kaisar.”

Ketika mendengar perkataan itu, Pillatus menyuruh Yesus ke luar. Lalu ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani: Gabata. Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu, “Inilah rajamu!” Maka berteriaklah mereka, “Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!” Kata Pilatus kepada mereka, “Haruskah aku menyalibkan rajamu?” Jawab imam-imam kepala, “Kami tidak mempunyai raja selain Kaisar!” Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka
untuk disalibkan. Dan mereka menerima Yesus.

Sambil memikul salib-Nya, Yesus dibawa ke luar kota, ke tempat yang bernama Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Di situ Yesus disalibkan, dan bersama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi. Banyak orang Yahudi membaca tulisan itu, sebab tempat Yesus disalibkan itu letaknya dekat kota, dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, Latin dan bahasa Yunani. Maka kata imam-imam kepala kepada Pilatus, “Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi: Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.” Jawab Pilatus, “Apa yang kutulis, tetap tertulis!”

Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian Yesus,lalu membaginya menjadi empat bagian, masing-masing prajurit satu bagian. Jubah Yesus pun mereka ambil. Tetapi jubah itu tidak berjahit,
dari atas ke bawah merupakan satu tenunan utuh. Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain, “Janganlah kita membagi jubah ini menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang akan mendapatnya.” Demikianlah terjadi supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka, dan membuang undi atas jubah-Ku. Hal itu telah dilakukan oleh prajurit-prajurit itu.

Di dekat salib Yesus berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang Ia kasihi di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!”
dan kemudian kata-Nya kepada murid itu, “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima Maria di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia — supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, — “Aku haus!”

Di situ ada suatu buli-buli penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang pada sebatang hisop,
mencelupkannya dalam anggur asam itu, lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah meminum anggur asam itu, berkatalah Yesus, “Sudahlah selesai!” Lalu Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.

(semua hening sejenak menerungkan wafat Tuhan)

Karena hari itu adalah hari persiapan Paskah, dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib — sebab Sabat itu adalah hari yang besar — maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus
dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan, dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit, lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati,
mereka tidak mematahkan kaki-Nya. Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung Yesus dengan tombak, dan segera mengalirlah darah serta air ke luar. Dan orang yang melihat sendiri hal itu yang memberi kesaksian ini, dan benarlah kesaksiannya. Dan ia tahu bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan; dan nas lain yang mengatakan: Mereka akan memandang Dia yang telah mereka tikam.

Sesudah itu Yusuf dari Arimatea, (Yusuf ini adalah seorang murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi) meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan jenazah Yesus. Pilatus meluluskan permintaan Yusuf. Maka datanglah Yusuf dan menurunkan jenazah Yesus Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang dulu datang malam-malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil jenazah Yesus, mengapaninya dengan kain lenan
dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat pemakaman orang Yahudi. Di dekat tempat Yesus disalibkan itu ada suatu taman, dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya,
maka mereka meletakkan jenazah Yesus di situ.

Renungan

Renungan Harian Katolik Jumat 15 April 2022 "Jumat Agung" :

Jika kita mencermati bacaan Injil pada hari Jumat Agung ini, kita akan melihat hal-hal berikut ini: terhadap caci makian, Yesus tidak membalas. Dia justru mengungkapkan kata-kata pengampunan. Terhadap penderitaan, Dia tidak mempersalahkan siapa pun. Dia tidak mengambinghitamkan orang lain. Yesus tidak mempersalahkan Petrus yang menyangkal atau Yudas yang berkhianat. Terhadap kesengsaraan Dia tidak mempersalahkan Bapa-Nya. Dia memang bertanya, “Allah-Ku ya Allah-Ku, mengapa Engkau tinggalkan Aku?” Tetapi, kemudian disusul dengan sebuah kalimat penyerahan diri: “Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”

Yesus telah mengajarkan kita bagaimana beriman yang benar. Ia mengampuni sekalipun begitu sangat dirugikan; kerendahan hati-Nya untuk tidak selalu membela diri dan berkelit kendati Dia benar; tidak menyalahkan dan mengambinghitamkan orang lain meskipun ada alasan untuk itu; tidak menyalahkan Bapa-Nya meskipun Bapa-Nya terkesan diam; tetap mendoakan sekalipun disakiti. Itulah gambaran beriman yang diwartakan Yesus dan seharusnya menjadi role model bagi kita.

Pada Jumat Agung ini, pantaslah kita fokus pada keagungan pribadi Yesus. Tidak ada keraguan dalam bertanya “siapa yang kamu cari?” karena kemudian muncul jawaban yang berani bahwa “Akulah yang kamu cari”. Dia tidak mau melibatkan pada murid-Nya dalam penderitaan yang harus ditanggung-Nya; tetapi sekaligus menunjukkan teladan, ajaran dan tanggung jawab kepada mereka. Dia mengajarkan kebenaran di tempat semua orang berkumpul dan tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi atau menyembunyikan kebenaran. Dia tegas kepada semua pemimpin dalam menyuarakan kesejatian iman dengan berkata, “Jika kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya; tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?” (Yoh 18:23).

Marilah kita bertanya, mengapa saya lemah dan tidak berani masuk ke dalam diri? Apa yang harus kulakukan dan bagaimana caranya? Aristoteles pernah berkata, keberanian merupakan kualitas pertama manusia. Lao Tze mengatakan bahwa manusia memiliki tiga harta: cinta yang dalam, kesederhanaan dan keberanian memenangkan dunia. Dengan cinta yang dalam seseorang akan jadi pemberani. Dengan kesederhanaan seseorang akan jadi dermawan. Dengan keberanian memenangkan dunia seseorang akan menjadi pemimpin dunia.

Yesus kuat dan berani karena Ia tahu siapa diri-Nya, yaitu Putra Allah. Kekuatan-Nya adalah cinta akan Bapa-Nya dan tanggung jawab perutusan-Nya untuk menebus dunia. Ia berani karena ia berjalan dalam kebenaran dan percaya bahwa Bapa tidak akan meninggalkan Dia. Mari kita sadar bahwa kita putra-putri Allah. Milikilah cinta-Nya supaya punya kekuatan dan percaya bahwa Bapa selalu beserta kita. Bersama Dia, kita kuat dan berani.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar